kejang dan demam pada anak
Monday, December 29, 2008
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstraksonium. Menurut consensus statement febrileseizures (1980), kejang adalah kejadian pada bayi atau anak-anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5tahun. Berhubungan dengan demam dan belum terbukti adanya infeksi intrakonial atau penyebab tertentu. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai kejang tanpa demam (Abdul Latis, 2000 dan Muhammad Kartono, 1997).
A. Epidemologi
Kejang demam diperkirakan 2-4 % di AS, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di sana lebih tinggi 320% kasus merupakan kejang demam, sederhana. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan) kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki (Ida Ari Murti, 2001).
B. Faktor Resiko
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain ibu terdapat faktor riwayat kejang demam pada arang tua atau saudara kandung. Perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama ±33% anak akan mengalami 1x rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3x rekurensi atau lebih. Resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang saat demam timbul temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat keluarga epilepsi (Antonius, 2001)
C. Etiologi
Hingga kini belum diketahui secara pasti demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak terlalu tinggi dapat menimbulkan kejang.
D. Manifestasi Klinis
Umumnya KD berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik / tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan. Gerakan sertakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan fatal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 % berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri, setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun atau untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa difinisit neurologis. Kejang dapat diikuti heriparesis sementara (hemiloaresis tood) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh memperesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada KD yang pertama (Abdul Latis, 2000).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan serebrospiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis terutama pada pasien KD yang pertama, pada bayi-bayi kecil sering kali gagal meningitis tidak jelas. Sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan untuk yang berumur < dari 18 bulan. Elektroensafolografi (EEG) ternyata kurang mempunyai nilai prognotis. Pemeriksaan lab rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
F. Diagnosis Banding
Penyebab lain yang disertai demam harus disingkirkan khususnya meningitis atau enselsoltis. Fungsi lumbal terindikasi jika ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu pertimbangan fungsi lumbal (Ida Aru Murti, 2001 dan Iskandar 1998).
Ayu pp
GLOBAL MOMENT INDONESIA
526B69FC
Click here for comments 0 comments: